Siti Sa’adah, sosok ibu rumah
tangga memiliki bakat kerajinan tangan
yakni batik. Bakat yang ditekuni sejak menduduki dibangku Sekolah yang sukses
kepakan sayap dirikan usaha kerajinan tangan batik. Dengan mengusung nama Batik
Tulis Sekar, Kini telah berkembang dibalik cantiknya Motif batik tulis menjadi
ciri khas di Desa Kertomulyo yang semakin dikenal masyarakat setempat.
“Disini membatik saat
pandemi 2019,Motif batik tulisnya juga
banyak. Tapi sekarang batik tulis Sekar
jadi andalan,“ Tutur warga kertomulyo saat
ditemui dirumahnya, Ahad(20/12)
Awalnya, semenjak pandemi
yang tak kunjung usai, membuat perekonomian menjadi menyusut. Menyikapi hal itu, Siti Sa’adah beritikad mengembangkan
bakatnya dengan mendirikan produk batik. Alhasil, di beri nama Batik Tulis
Sekar dan sukses berkembang selama 2
tahun ini.
Batik Tulis Sekar disusun dengan motif yang rangkai pada pola kain mori tersebut, dibuat dengan cara dilukis menggunakan canting dengan teknik pewarnaan menggunakan bahan alami yang biasa dikenal dengan malam (lilin). Selama periode yang panjang itulah, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh Siti Sa’adah serta keberadaan serat-serat setempat, perdagangan serta kesiapan masyarakatnya dalam menerima. Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah serta sehalus batik Tulis Sekar dari Kertomulyo.
Baca Juga: INVESTASI POHON MANGROVE DI KERTOMULYO
Uniknya, Ibu yang berusia 44 tahun tersebut mampu menghasilkan ratusan batik dengan hasilnya sendiri tanpa ada tambahan tenaga kerja sekalipun. Siti Sa’adah juga mengaku ingin mengasah keahlian membatiknya dan menjadikan batiknya dikenali oleh masyarakat lokal, khususnya di Kecamatan Trangkil. “Nah, disinilah saya mulai berpikir, gimana caranya biar bisa balik lagi sebelum covid omsetnya. Sekarang online-nya lebih saya garap dan sebagian ada yang saya titipkan juga. Sekarang saya mau mencoba lebih serius digital marketing,” tambahnya.
Lebih lanjut, Siti Sa’adah mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan batik di daerah sekitar tahun 2018 silam. Ilmu itu tak lantas dia praktekan dengan membeli bahan dan alatnya di Desa Bakaran Kecamatan Juwana. Seluruhnya menggunakan kain mori dengan panjang 2,5 meter dan lebar 1,15 meter. Untuk batik tulis banderol dengan harga Rp. 250.000. Untuk penjualan, awalnya Siti Sa’adah mengandalkan keluarga dan teman dekat. Selain itu, juga memanfaatkan media sosial lainnya sebagai sarana promosi.
Kedepannya, Siti Sa’adah
berharap produk batik tulisnya bisa semakin dikenal oleh masyarakat sekitar,
tidak hanya di kecamatan trangkil saja, tapi sampai di luar daerah. Sehingga
bisa menambah lapangan pekerjaan di Desa Kertomulyo, bahkan di kabupaten Pati,“ imbuhnya.
Reporter berita : Ellina/Amir/Hana
Redaktur : Uus